blogkombecks
Sedang memuat...

Pancing Hujan Dengan Air Garam Dalam Ember Itu Hoax

Broadcast yang sempat menghebohkan media sosial.

Bencana alam yang berkepanjangan memang membuat semua pihak khawatir dan mencoba mencarikan cara penanggulangannya. Namun, diantara banyak solusi itu, ada beberapa diantara kita yang sepertinya mulai kehilangan akal sehat yang mungkin saja akibat sudah terlalu putus asa melihat apa yang terjadi.

Salah satunya adalah munculnya broadcast yang mengajak orang untuk memancing hujan dengan cara yang tidak masuk akal. Dalam broadcast itu, dia mengajak banyak orang untuk meletakkan air seember yang sudah dicampur garam diluar ruangan antara pukul 11.00 hingga 13.00 dengan harapan akan terjadi penguapan dan menjadi hujan.

Dilanjutkan dalam broadcast itu penulisnya mengatakan semakin banyak orang yang melakukan akan semakin cepat terjadinya hujan. Aksi ini direncanakan dilakukan pada 12 September secara serempak.

Membaca pesan ini, ada yang percaya ada juga yang tidak. Lalu benarkah hujan dapat dipancing semudah itu? Mari kita simak penjelasan dari peneliti Meteorologi Tropis Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Tri Handoko Seto.

Menurut Tri, hal seperti yang dikatakan dalam pesan berantai itu tidak mungkin terjadi. "Dengan 1 ember air tiap rumah dan ajakan ratusan ribu rumah, berharap ada jutaan meter kubik uap air. Dengan asumsi 1 ember sama dengan 10 liter air, maka total air yang hendak diuapan hanya ribuan meter kubik. Diperlukan ratusan juta ember untuk mendapatkan jutaan meter kubik. Itu pun jika semua air yang ditempatkan di ember menguap semua. Dan dipastikan tidak akan mungkin," kata Tri.

Akun twitter @provokatrok mencoba menjelaskan lebih teknis. Saat kondisi normal atau terkena sinar matahari langsung air yg menguap untuk 1m2 hanya 4-6 liter. Jika matahari tertutup asap, air yang menguap tidak akan sampai 5 liter.

Akun tersebut juga mencoba menjelaskan dengan rumus fisika dimana penguapan dipengaruhi oleh faktor suhu, tekanan, angin, dan luas permukaan. "Bila luas permukaan ber 40cm, berarti sekitar 0,126 m2 saja. Maka hanya menguapkan kurang dari 0,5 liter/hari," tulis provokatrok diakun twitternya.

"Bila dilakukan diantara pukul 11.00-13.00 kemungkinan penguapan akan menjadi kurang dari 0,05 liter. Jika asumsinya dilakukan di 100.000 rumah, maka 0,05 x 100.000 = 5000 liter. Ini jauh dari julmlah yg diperlukan utk hujan buatan. Bahkan jika dilakukan oleh 1 juta rumah pun, menurut provokatrok, itu belum cukup untuk membuat hujan," lanjutnya.

Kembali ke penjelasan Tri hujan bukanlah mekanisme semikro itu. Perlu banyak persyaratan agar terbentuk awan hujan. Selain penguapan yang sangat banyak, juga perlu pola angin tertentu yang mengarahkan uap air sehingga terjadi kondensasi di suatu wilayah.

"Tentu saja ini terkait dengan kondisi cuaca skala luas. Keberadaan gunung bisa saja mengakibatkan terbentuknya awan, tetapi untuk menjadi hujan juga perlu lingkungan yang mendukung," lanjut Tri.

Pada saat ini, kata Tri, air laut di sekitaran Jambi, Sumsel dan Riau tetap menguap airnya. Namun pola angin mengakibatkan uap air tertarik ke utara dan timur laut. Sehingga awan terbentuk di wilayah utara dan timur laut wilayah Indonesia.

Namun bukan tidak mungkin tiba-tiba terjadi perubahan pola angin pada skala yang lebih kecil sehingga terbentuk awan. Tim BPPT telah siaga untuk menyemai awan yang mungkim tumbuh agar bisa menjadi hujan.

Bagi Tri, yang terpenting saat ini kita harus bisa menjaga agar jangan ada lagi pembakaran lahan maupun hutan di saat kemarau. Jika melihat pelaku kebakaran, langsung laporkan ke pihak berwajib. Atau kita juga bisa saja bergabung ke dalam gerakan-gerakan pemadaman kebakaran hutan dan lahan.
Headline 5683059906587101857

Beranda item

ADS

Artikel Terbaru

ADS

Mau Hosting Gratis?
Kapasitas besar, bisa PHP, Lengkap dengan cpanel, auto installer dengan CMS Favorit?
Hosting gratis tanpa iklan !!!

Entri Populer

Ads

Mau Hosting Gratis?
Kapasitas besar, bisa PHP, Lengkap dengan cpanel, auto installer dengan CMS Favorit?
Hosting gratis tanpa iklan !!!